Pendahuluan
https://dinkes.nusadesa.id/
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan berbasis masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar lebih peduli terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan. STBM tidak sekadar membangun infrastruktur sanitasi, tetapi lebih menekankan pada perubahan perilaku yang berkelanjutan. Program ini mendorong masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan sanitasi di lingkungan mereka sendiri, sehingga keberlanjutan program lebih terjamin. Dengan demikian, STBM menjadi kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam hal kesehatan dan lingkungan.
Pembahasan Pertama: Pilar-Pilar Utama STBM
STBM didasarkan pada lima pilar utama yang saling terkait dan harus dipenuhi secara simultan untuk mencapai keberhasilan. Kelima pilar tersebut adalah: (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS); (2) Pengelolaan air minum dan rumah tangga; (3) Pengelolaan sampah rumah tangga; (4) Pengelolaan limbah cair rumah tangga; dan (5) Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir (CTPS). Keberhasilan dalam satu pilar akan mendukung keberhasilan pilar lainnya. Contohnya, pengelolaan sampah yang baik akan mengurangi potensi pencemaran air dan tanah, yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas air minum dan mengurangi risiko penyakit. Implementasi kelima pilar ini membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, dari berbagai kelompok umur. Pentingnya kepemimpinan lokal dan dukungan dari pemerintah daerah juga tidak dapat diabaikan.
Pembahasan Kedua: Peran Masyarakat dalam STBM
Keberhasilan STBM sangat bergantung pada peran aktif masyarakat. Masyarakat bukan hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai aktor utama dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan program. Prosesnya dimulai dengan pemetaan sanitasi di tingkat rumah tangga dan identifikasi permasalahan yang ada. Setelah itu, masyarakat bersama-sama merumuskan solusi dan rencana aksi, termasuk menentukan lokasi jamban, pengelolaan sampah, dan sistem pengelolaan limbah cair. Contoh nyata adalah di Desa X, Jawa Barat, dimana masyarakat secara swadaya membangun sistem pengolahan limbah cair terpadu dengan memanfaatkan teknologi sederhana dan ramah lingkungan. Mereka juga membentuk kelompok pengelola sampah yang bertanggung jawab untuk pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan sampah rumah tangga. Partisipasi aktif seperti ini memastikan keberlanjutan program bahkan setelah berakhirnya intervensi dari luar.
Pembahasan Ketiga: Tantangan dan Peluang STBM
Meskipun STBM telah terbukti efektif di berbagai wilayah, program ini juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah mengubah kebiasaan masyarakat yang sudah tertanam sejak lama. Perubahan perilaku membutuhkan waktu, kesabaran, dan strategi komunikasi yang efektif. Selain itu, keterbatasan sumber daya, baik finansial maupun sumber daya manusia, juga menjadi kendala. Namun, di sisi lain, STBM juga menawarkan peluang besar. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, STBM dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat, meningkatkan kualitas hidup, dan pada akhirnya berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Inovasi teknologi dan pendekatan komunikasi yang kreatif dapat membantu mengatasi tantangan yang ada dan mempercepat pencapaian tujuan STBM.
Kesimpulan
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan sanitasi dan kesehatan masyarakat. Keberhasilannya bergantung pada partisipasi aktif masyarakat dan dukungan dari pemerintah. Meskipun menghadapi tantangan, STBM menawarkan peluang besar untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu terus ditingkatkan upaya sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan bagi masyarakat untuk mencapai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang berkelanjutan di seluruh Indonesia.